Antara Politik Praktis atau Sebuah Identitas (Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus)
Netral merupakan bentuk dari ketidak mampuan untuk memilih jalan dan memilih organisasi sebagai pijakan untuk berorganisasi,Netral adalah sesuatu pilihan yang tidak perlu untuk dipilih dan diperjuangakan bagi-orang-orang yang merasa dirinya punya kecerdasan berpikir,seseorang yang mengatakan apolitik,sesungguhnya ia sedang berpolitik,karena tidak berpolitik adalah salah satu sikap politik..!!!
Akhir-Akhir ini dibanyak kampus di Indonesia sedang dilanda gerakan politik baru yang bermacam-macam. Dengan mengusung fanatisme anti Omek, teman-teman ini beraksi dijalur politik dengan gaya politiknya sendiri. Sebuah tawaran yang fresh bagi teman-teman yang sudah anti dengan Omek. Gerakan yang menamakan diri Netral ini kemudian menjadi kekuatan politik baru dan menjadi pesaing berat dari Omek-omek yang sebelumnya mempunyai eksistensi Sendiri.
Aneh juga sebenarnya,mereka ingin netral tapi malah membentuk sebuah aliansi baru, sama seperti Gerakan Non Blok .Mengaku tidak memihak tapi malah Menjadi kekuatan baru. Lalu apa bedanya dengan
netralisme? Menghindari konflik? Cinta damai? Kedamaian bukan berarti
kosong, dalam kedamaian harus ada yang dibawa.
Sama sepeti adil, adil
bukan berarti sama rata sama rasa. Adil berarti pas! Meski proporsinya
tidak sama. Kalau terkait dengan Kepentingan semua orang pasti punya kepentingan.,Itu fitrah. Tinggal memilih mana kepentingan yang baik dan mana kepentingan yang buruk. Di luar sana, masih
ada orang-orang yang rela mempejuangkan kepentingan yang baik. Mereka
ada, mereka nyata.
Dan kita hanya diam saja atau mengkoar-koarkan netralisme dan membawa dunia tanpa kepentingan? Kedamaian macam apa? Sayang sekali kalau mengatakan itu kedamaian abstrak. Tidak bisa! Kita harus ikut dengan mereka. Memperjuangkan kepentingan hakiki. Kepentingan yang tidak hanya dinikmati
segelintir orang. Tapi kepentingan yang mampu membawa perbaikan bagi
negeri. Kepentingan yang mampu membawa keadilan dan kesejahteraan bagi
bumi pertiwi. Keberadaan
organisasi mahasiswa ekstra kampus di Universitas Brawijaya begitu
subur, kegiatan organisasi semisal kajian dan rekrutmen kader dibuka
seluas-luasnya. Tetapi yang saya amati di fakultas ilmu perikanan dan
ilmu kelautan bahwasanya tidak begitu membuka peluang untuk organisasi
ekstra kampus masuk dalam lembaga mahasiswa dalam fakultas tersebut
sehingga organisasi mahasiswa intra kampus otomatis berkembang pesat.
Keberadaan omek pada tataran kampus sebenarnya memiliki banyak fungsi,
diantara sebagai mengisi bagian-bagian strategis organisasi intra
kampus, untuk menjalankan roda keorganisasian intra kampus diperlukan
kader – kader yang kompeten serta berjiwa pemimpin dan itu didapat salah
satunya dari organisasi ekstra kampus.Bahwa masuknya Omek dalam
keorganisasian intra kampus adalah suatu kebolehan dengan alasan sebagai
penyalur aspirasi mahasiswa. “tapi dengan catatan bahwa keterwakilan
anggota organisasi ke dalam organisasi intra tidak atas nama organisasi
tapi atas nama personal” Namun ada hal penting yang harus digaris
bawahi atas keterlibatan organisasi ekstra dalam keorganisasian intra
kampus. Tidak semata dari nilai simbiosis mutualisme diantara keduanya
semata.
Tapi juga dari ketidak sinkronannya dengan SK DIRJEN DIKTI
Nomor 26/DIKTI/Kep/2002 tentang pelarangan organisasi ekstra kampus dan
partai politik membuka sekretariat (perwakilan) dan atau melakukan
aktivitas politik praktis di dalam kampus. Jadi organisasi ekstra masih
diperbolehkan berdiskusi, membuka stand, menempel pamflet kegiatan
dalam kampus dan aktivitas lain yang tidak termasuk dalam aktivitas
politik praktis serta pendirian sekretariat.
Sebuah
organisasi dikatakan berpolitik praksis bila organisasi tersebut
berkaitan dengan kebijakan Negara maupun kelompok politik seperti parpol
dan lainnya. Menurutnya kaderisasi yang dilaksanakan organisasi ekstra
dalam kampus diperbolehkan, hal itu menjadi pembelajaran politik bagi
mahasiswa.
Begitu banyak
organisasi ekstra yang mewarnai dinamika kampus. Perbedaan adalah
kepastian yang sudah selayaknya ada dan bukan untuk ditiadakan atau
dimusnakan, bukan menjadi alasan untuk saling menjatuhkan satu sama
lain. Pada dasarnya semua organisasi pastilah memiliki tujuan yang
baik, tak ada yang bersifat negatif atau destruktif. Namun, bagaimana
cara menyikapinya itulah yang terpenting. Tak jarang mahasiswa menaruh
harapan pada organisasi ekstra untuk membangun kampus yang lebih baik.
Salah satunya adalah untuk membangun demokratisasi kampus agar dominasi
satu golongan dapat diminimalisir dan tidak ada golongan yang
terdiskriminasikan,menghindari adanya kelompok mayoritas dan minoritas.
0 komentar:
Posting Komentar