Home » » KOMUNIS: SISTEM POLITIK

KOMUNIS: SISTEM POLITIK

Written By Unknown on 2/26/2013 | 12.23

Komunisme: Sistem Politik Atau Ideologi?

Isu kembalinya ideologi komunisme selalu menyeruak di dalam kehidupan politik Orde Reformasi saat ini. Hal ini memperlihatkan minimnya pengetahuan masyarakat akan komunisme. Hal ini tentu saja tidak mengherankan karena pada masa Orde Baru komunisme adalah momok dan musuh nomor satu negara.

 Bahkan untuk memperlajarinya secara ilmiah janganlah pernah sekali-kali mencoba, bisa celaka anak cucu dan keturunan kita. Padahal dengan mempelajari komunisme kita akan mengetahui kelemahan dan kebaikan komunisme serta penyimpangan-penyimpangannya dari teori Karl Marx di dalam praktek.

Isu tersebut dilontarkan tanpa merinci dan mengindikasikan lebih lanjut hal-hal yang dijadikan dasar ketakutan munculnya komunisme.

 Apakah mereka memakai patokan yang pernah digunakan pemerintahan Orde Baru untuk mencap seseorang atau sekelompok orang sebagai komunis, yaitu apabila mempermasalahakan isu yang berbau SARA, buruh, tanah, hak asasi manusia (HAM), demokrasi, penguasa yang berkuasa dan berbagai isu yang menyangkut pembelaan masyarakat marjinal? Ataukah mungkin isu ini dilontarkan sebagai warming up politik untuk Pemilu yang akan diadakan tiap lima tahunan? Jawabannya hanya mereka, pelontar isu, saja yang tahu. Jadi, sangatlah beralasan apabila kemudian banyak pihak menilai keji tuduhan komunis terhadap sekelompok atau orang-orang tertentu.

Komunisme sebagai Ideologi

Komunisme yang dilahirkan oleh Karl Marx berangkat dari revolusi industri yang membiarkan penghisapan manusia di atas manusia lain tanpa mengenal batas keprikemanusiaan. Cita-cita Marx adalah masyarakat tanpa kelas yang tidak ada Tuan dan Hamba.

 Masyarakat yang tidak terobsesi oleh kerja semata, sehingga tidak teralienasi secara psikologis dan materi. Ideologi komunisme jatuh ke dalam angan-angan kembalinya surga dunia setelah Adam dan Hawa terlempar dari “Surga” yang sebenarnya.

 Dengan “menyingkirkan” Tuhan, mereka meinginginkan surga dunia. Tetapi tidaklah mungkin bisa mendapatkan surga dunia apabila menganggap bahwa surga dunia (baca: ideologi) adalah sebuah realitas nyata manusia.

Keadaan tanpa kelas dan batas adalah dunia ideal yang terus jadi pegangan rohani manusia. Kenyataan sehari-hari hidup manusia penuh dengan paradoks-paradoks. Tuan dan Hamba adalah kenyataan yang harus diterima. Tanpa paradoks-paradoks itu manusia hanyalah manusia tanpa cela, tanpa dinamika dan tanpa rasa. Selama keadilan menjadi tujuan akhir, maka selama itu pula perjuangan umat manusia untuk demokrasi dan hak asasi terus berlangsung.

Jadi, pokok permasalahan sebenarnya bukan pada ideologi an sich, melainkan pada moral dan etika para pelaku politik. Apapun ideologi suatu negara atau seorang pelaku politik, tidak satu pun yang tidak bertujuan mengangkat martabat dan harkat manusia yang tertindas.

Moral dan etikalah yang seharusnya menjadi rambu-rambu agar tujuan tidak menghalalkan cara seperti yang pernah terjadi di tahun 1960-an. Politik bukanlah panglima, karena masih ada moral yang mengatasinya.

Ketakutan akan komunisme lebih dikarenakan trauma yang tak kunjung hilang akibat ulah para pelaku politik di dalam sejarah dunia, dan Indonesia khususnya, yang menginginkan adanya revolusi sosial, meskipun revolusi itu harus memakan korban (baca: kudeta berdarah).

Revolusi kaum komunis diawali di Rusia oleh Lenin dan Stalin dengan menghabisi keluarga Raja Tsar dan kemudian menjadi inspirasi bagi kudeta-kudeta kaum komunis revolusioner lainnya di berbagai negara.

Komunisme sebenarnya tidak mengajarkan kekerasan. Menghalalkan cara lebih cenderung pada moral politik para pelaku politik dari pada paham komunisme itu sendiri. Sebagai ideologi, komunisme bukan doktrin politik yang harus diterapkan dan diaplikasikan.

 Ideologi tidak pernah sampai pada tataran realitas, meskipun manusia senantiasa merujuk dan menggantungkan diri padanya. Contoh nyata adalah Pancasila yang tidak pernah tercipta dan terwujud nyata di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, meskipun penataran P4 diberikan kepada seluruh lapisan masyarakat.

 Sementara itu di negara-negara Eropa, Italia dan Jerman misalnya, partai komunis tidak dilarang dan bahkan ikut serta di dalam Pemilu. Hebatnya, mereka tidak pernah melakukan kudeta untuk mendapatkan kekuasaan dan beratrung dengan fair di dalam Pemilu untuk mendapatkan kursi di parlemen.

Komunisme sebagai Sistem Politik

Komunis sebagai sebuah sistem politik terbukti tidak mengakomodir terjadinya perubahan dan keadilan. Sebagai sistem politik ia malah mengakomodir otoritas yang kaku dan cenderung kepada tirani.

Negara sebagai penyangga keadilan berubah menjadi tiran akibat dari perlunya tangan besi untuk menyeragamkan pluralitas rakyat. Kekuasaan dikatatoriat negara ini tercermin dengan dikuasainya alat-alat produksi dan tanah oleh negara secara tidak terbatas. Otoritas negara yang sangat kuat ini hanya dipegang oleh segelintir pemimpin partai.

Sebagai sebuah sistem ekonomi, komunisme pun bisa membuat perekonomian menjadi tidak dinamis dan tidak mau menyerahkan otoritasnya kepada pasar yang “hidup”. Komunisme malah justru menyeragamkan dan memusatkan pasar di dalam satu tangan. Keseragaman tidak menghidupkan kehidupan.

Ekonomi yang oleh kaum komunis dianggap sebagai basis bangunan sosial tidak akan bisa menopang struktur-struktur sosial lain. Justru struktur sosial seperti agama dan norma sebagai basis sosial akan membuat pranata sosial yang lainnya menjadi dinamis dan hidup. Dengan menempatkan ekonomi semata sebagai basis, niscaya kehidupan akan stagnan.

Lihatlah keadaan perekonomian yang “mati” di Kuba dan Korea Utara kini, atau Cina dan Vietnam yang menganggap dirinya sebagai negara komunis tetapi di dalam prakteknya adalah negara kapiltalis “malu-malu”.

Semua pranata sosial yang didasarkan pada mitos dan norma akan langgeng karena bisa mengakomodir perubahan dan keragaman. Dan hal itu ada pada sistim demokrasi. Demokrasi adalah jiwa yang selalu gelisah karena kehidupan penuh dengan pertentangan dan perbedaan pendapat.

Akan tetapi dengan konflik-konflik itu kehidupan menjadi berkembang dan menjadi dewasa, karena demokrasi senantiasa memihak kepada mayoritas dan melindungi yang minoritas. Tetapi kemudian bisa saja demokrasi jatuh kembali ke dalam otoriterianisme politik apabila terjadi trauma sejarah politik, sehingga dapat melegitimasi kebijaksanaan yang menghukum dan menghabisi barisan politik yang tidak sejalan.

Melihat latar belakang munculnya komunisme dan perjuangan cita-citanya, tampak sekali bahwa komunisme adalah utopi lahirnya dunia tanpa batas negara dan kelas sosial. Manusia yang bebas berekspresi, kreatif dan terlepas dari tekanan sosial.

Bila kita mundur kembali ke sejarah lahirnya agama-agama di dunia akan tampak benang merah di dalam tujuan dan sasaran perjuangan antara ideologi dan agama. Keduanya berangkat dari keinginan yang sama untuk menggapai dunia yang adil dan bebas dari rasa takut.

 Dunia yang diadambakan setiap orang. Pun tidaklah salah bila dunia dambaan tersebut pada akhirnya hanya sebuah utopi dan tidak membumi. Sejarah agama-agama di dunia adalah sejarah perjuangan membela mereka yang tertindas dan mengarahkan jalan mereka ke tempat yang penuh dengan kedamaian dan kemakmuran. Tempat yang dijanjikan (baca: surga).

Jika kemudian Marx menganggap agama sebagai candu, hal itu tidak lebih karena agama melegitimasi hubungan subordinatif Tuan dan Hamba, yang di dalam kehidupan nyata adalah realitas yang sebenarnya hubungan antar manusia. Karena itulah Marx dianggap sebagai seorang penganut paham materialisme, yaitu hanya percaya kepada hal-hal yang nyata dan berwujud.

Simpulan

Komunisme pada dasarnya ada di dalam setiap hati manusia, dan bahkan mempunyai tujuan yang sama dengan agama-agama manusia. Bedanya, surga bagi agama adalah paradigma tujuan hidup setelah kematian manusia, sedangkan komunisme ingin membumikan paradigma surga itu ke dalam kehidupan nyata manusia saat ini, bukan di dunia setelah kematian.

Share this article :

0 komentar:



 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Kumpulan Informasi Menarik - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger